Rembulan terbenam, fajar mulai
bersinar, sebagai tanda dimulainya hari baru dengan segala aktivitas dan
kegiatan yang telah menunggu. Cahaya matahari yang menyilaukan mataku membuat
ku terbangun dari tidur ku. Aku berdiri, sambil merapihkan sarung yang
menyelempang di leher ku. Aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 5.30, aku
pun bergegas ke kamar mandi untuk membasuh muka sekaligus berwudhu untuk menunaikan
sholat shubuh.
Hari mulai pagi, namun suasana
masih sepi, karena waktu baru menunjukkan pukul 06.00, itu artinya masih ada
waktu untuk menyiapkan perlengkapan yang akan ku bawa pada festival peringatan
hari pahlawan di sekolah nanti. Minum, handuk, dan sejumlah uang sudah ku
masukkan ke dalam tas berwarna hitam kesukaan ku, tidak lupa ku siapkan sepeda
kesayangan ku untuk mengikuti festival di sekolah ku nanti. Ban, rem, bel,
kurasa semua sudah dalam keadaan baik baik saja, selain itu sticker bertuliskan
“Bike To School” yang baru ku beli membuat ku semakin percaya diri untuk
mengikutsertakan sepeda ku pada festival itu.
Matahari semakin tinggi, sudah
saatnya untuk sarapan dan mandi. Setelah ku selesaikan mandi ku dan ku habiskan
sarapan ku, aku pun mengecek kembali semua perlengkapan yang akan kubawa.
Setelah semua kurasa siap baik secara jasmani maupun rohani, aku pun meminta
izin dari orang tua untuk melengkapi ekspedisi ku di hari pahlawan ini.
Bermodalkan ‘Bismillah’ dan restu
orang tua, aku pun mulai keluar dari gerbang sambil mengayuh sepedaku. Jarak
dari rumah ku ke sekolah memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 KM, tapi
trek yang menanjak dan berliku membuat energi ku cukup terkuras, air keringat
pun bercucuran selama dalam perjalanan. Sesampainya di sekolah aku sangat
terkejut, melihat ratusan sepeda sudah memenuhi sebagian lapangan sekolah, aku
fikir aku sudah telat, tetapi untungnya aku masih memiliki waktu 30 menit
sebelum acara dimulai.
Kutuntun sepeda ku memasuki
gerbang sekolah, sambil mencari kedua sahabat dekat ku, yaitu Wandita dan Wati.
Setelah ku kelilingi lapangan untuk mencari mereka, hanya Wandita yang kutemui,
ternyata Wati belum datang. Setelah beberapa lama kami menunggu, akhirnya Wati
pun datang bersama dengan sepeda nya. Sebelum acara dimulai, kami bertiga
sempat berbincang bincang soal acara ini, berhubung kami adalah pengurus OSIS,
kami bertugas untuk meramaikan acara ini dengan berbagai kegiatan. Saat itu,
hanya satu kegiatan yang tergambar di hati ku, yaitu Flashmob. Aku pun
mengutarakan perasaan ku itu kepada mereka, dan mereka pun menyetujuinya.
Waktu menunjukkan pukul 7, itu
berarti acara sudah dimulai. Seluruh murid dihadapkan ke arah panggung untuk
mendengar dan melihat instruksi guru olahraga dalam melakukan pemanasan sebelum
bersepeda. Setelah selesai pemanasan, semua murid bersiap di sepeda nya masing
masing, sayangnya aku tidak bisa bersama dengan Wandita dan Wati karena barisan
laki laki dan perempuan dipisahkan. Peluit dibunyikan, itu tanda kalau
perjalanan dimulai, semua orang mengayuh sepeda nya keluar gerbang sekolah
sambil mengikuti guru olahraga mengelilingi kelurahan Kalisari.
Kurang lebih 1 jam kami bersepeda,
sampi akhirnya kami semua tiba di sekolah. Seluruh murid beristirahat di
lapangan sekolah, sambil mendengar alunan lagu yang diputarkan. Aku pun
berkumpul kembali dengan Wandita dan Wati, membicarakan Flashmob yang telah
kami rencanakan tadi pagi, hingga akhirnya kami menemukan waktu yang tepat,
saatnya Wandita Wira Wati beraksi.
Hal pertama yang kami lakukan
adalah meminta izin dari bapak dan ibu guru, karna alat alat yang kami perlukan
semuanya milik sekolah. Setelah itu kami mulai mengajak beberapa orang untuk
meramaikan Flashmob tersebut, diantaranya adalah: Lesya, Silmy, Hanun, Ratna,
Cindy, Putri, Diana, Natasha, dkk. Sebelumnya kami semua berkumpul di salah
satu ruang kelas untuk membicarakan tentang konsep flashmob yang akan
dilakukan, sampai akhirnya kami sepakat untuk membawakan flashmob dengan
iringan lagu ‘Gangnam Style’.
Izin sudah didapat, anggota sudah
siap, tempat pun sudah mendukung untuk melakukan flashmob tersebut. Karena
hanya aku satu satunya lelaki yang ikut flashmob itu, aku pun memimpin barisan
sampai ke tengah lapangan, semua mata langsung tertuju pada kami, lagu pun
mulai di putarkan dan kami pun mulai unjuk gigi. Gerakan demi gerakan kami
perlihatkan, mulai dari shuffle, hiphop, tutting, sampai gangnam. Puluhan mata
kamera menyoroti aksi kami yang kurang lebih berjalan selama 10 menit, sorakan
dan teriakan menyaingi kencangnya iringan lagu, sampai akhirnya beberapa detik
sebelum lagu berakhir, kami pun menutupnya dengan ucapan salam dan terima
kasih. Ribuan tepuk tangan menyelimuti keharuan kami, beberapa dari kami bahkan
sampai meneteskan air mata sebagai rasa bangga akan apa yang telah kami
lakukan.
Ini semua tentunya tidak mungkin
bisa terjadi tanpa izin dari sekolah, terutama dari yang maha kuasa. Selain
itu, sikap solidaritas lah yang mempersatukan kami, hingga terbentuk lah acara
ini. Tanpa teman teman dan bapak ibu guru sekalian, Wandita Wira Wati tidak
mungkin bisa menjalankan acara ini hanya bertiga. Maka beruntung lah kami
memiliki keluarga seperti kalian semua, keluarga SMPN 179 Jakarta Timur.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar